Jika bisnis adalah sebuah motor, maka keuangan adalah bahan bakarnya. Kondisi keuangan akan mempengaruhi seberapa jauh motor mampu melaju. Tanpa uang, bisnis hanya akan jadi ide usang yang disimpan di garasi.

Keseharian bisnis adalah mengelola uang yang masuk dan keluar. Pengelolaan keuangan bisnis bertujuan untuk menghadirkan petunjuk soal keberlangsungan bisnis, mulai dari keuntungan sampai kerugian. Untuk melakukan analisis, perlu pencatatan yang rinci dan disiplin.

Ada dua jenis proses dalam mengelola keuangan perusahaan: finance dan accounting. Berikut penjelasannya:

FinanceAccounting
Tujuan InformasiMembantu pemangku kepentingan membuat keputusan keuangan guna mendukung bisnis.Mengkomunikasikan status keuangan perusahaan.
PenggunaManajer organisasiPihak eksternal seperti investor, bank, dan supplier.
FokusMasa depan. Mempersiapkan anggaran hari ini untuk digunakan besok.Masa lalu. Merapikan pelaporan keuangan yang sudah terjadi.
TargetKeputusan manajemen yang baik berdasarkan kondisi keuangan.Disiplin pencatatan keuangan.

Singkatnya, finance adalah yang punya uang dan accounting adalah yang mencatatanya. Kedua peran keuangan di atas begitu jamak di perusahaan. Finance dan akuntansi memiliki struktur terpisah. Namun untuk usaha kecil atau menengah, peran keduanya terpisah oleh logika proses meski dikelola oleh satu orang.

Finance

Manajemen keuangan sehari-hari akan bertumpu pada perencanaan keuangan yang tertuang di rencana bisnis. Perencanaan bisnis di awal tahun yang menjabarkan struktur biaya, proyeksi pemasukan, dan pendapatan harus terlaksana dengan baik.

Staf yang mengurus finance bertujuan untuk memastikan bahwa uang yang keluar dan masuk harus sesuai dengan perencanaan. Jika sudah sesuai, staf finance akan mencari cara untuk

  1. Kesesuaian dengan perencanaan
  2. Mengoptimalkan pengeluaran.
  3. Meminimalisir risiko kerugian.
  4. Membuat proyeksi baru.

Dalam konteks usaha pangan, manajemen keuangan berkisar pada perencanaan keuangan yang efektif. Ini termasuk penetapan budget untuk pembelian bahan baku, penentuan harga jual untuk memastikan margin keuntungan yang sehat, dan perencanaan investasi untuk ekspansi usaha. Finance juga mencakup pengelolaan cash flow untuk memastikan bahwa ada cukup dana untuk operasional sehari-hari dan pengembangan bisnis di masa depan.

Akuntansi

Manajemen akuntansi melakukan pencatatan keluar masuknya uang sesuai dengan kaidah. Penerapan kaidah ini penting karena pencatatan keuangan telah memiliki standar yang dipakai untuk sesama pebisnis hingga perbankan.

Staf yang mengurus akuntansi memastikan setiap arus keluar masuk uang tercatat dengan rapi. Model pencatatannya adalah:

  1. Mencatat dengan rapi dengan memilah mana pemasukan (debit) dan mana pengeluaran (kredit) dengan Neraca.
  2. Memasukkan seluruh pengeluaran dan pemasukan dalam Laporan Laba Rugi.
  3. Merapikan keuangan ke dalam setiap akun.

Akuntansi dalam usaha pangan memastikan bahwa setiap transaksi dicatat dengan akurat. Ini penting untuk memahami kinerja finansial usaha dan untuk keperluan pajak. Dalam praktiknya, ini meliputi pencatatan pembelian bahan baku, penjualan produk, biaya operasional, dan pengeluaran lainnya. Dengan akuntansi yang rapi, pengusaha dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.

Bagaimana Penerapannya di Bisnis Pangan?

Penerapan finance dan accounting di bisnis pangan, terutama di lingkungan pesantren, memerlukan pendekatan yang disesuaikan. Pesantren yang menjalankan usaha pangan bisa memulai dengan membuat rencana bisnis yang solid, yang mencakup analisis pasar, strategi penjualan, dan proyeksi keuangan.

  1. Kesesuaian dengan Perencanaan: Memastikan bahwa semua pengeluaran, seperti pembelian bahan baku dan biaya operasional, sesuai dengan budget yang ditetapkan. Ini membantu dalam mengontrol biaya dan meningkatkan margin keuntungan.
  2. Mengoptimalkan Pengeluaran: Mencari supplier yang menawarkan harga terbaik atau mempertimbangkan pembelian dalam jumlah besar untuk mengurangi biaya bahan baku.
  3. Meminimalisir Risiko Kerugian: Mengelola persediaan dengan efisien untuk menghindari kerugian akibat bahan baku yang rusak atau kadaluwarsa.
  4. Membuat Proyeksi Baru: Berdasarkan data keuangan yang ada, membuat proyeksi keuangan untuk periode mendatang, mempertimbangkan ekspansi, penyesuaian harga, atau diversifikasi produk.

Dengan manajemen keuangan yang baik, usaha pangan di pesantren tidak hanya akan bertahan dalam persaingan yang ketat tapi juga bisa berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi komunitas sekitar.