Pemilik bisnis jangan sampai terlalu asyik mengurus berjualan dan tidak tertib dalam mencatat keuangan. Dengan pencatatan keuangan yang rapi, pemilik bisnis bakal punya pandangan lebih baik terhadap produknya. Efisiensi produksi, uang pemasaran, inovasi produk, hingga keuntungan bakal terlihat jelas ketika keuangan tercatat rapi.

Bisnis berbicara dalam bahasa keuangan, bukan dengan mengira-ngira. Anda merasa rugi? Coba tengok laporannya. Bahan supplier terasa mahal? Perhatikan neracanya. Catatan keuangan menghindarkan diskusi yang berisi asumsi.

Bahasa keuangan telah memiliki standar baku menurut Ikatan Akuntansi Indonesia. Staf akuntan hanya perlu secara disiplin mencatat setiap aktivitas keuangan.

Terdapat tiga metode dalam menyusun akuntansi biaya, yaitu:

  • Job costing untuk menentukan anggaran biaya yang sesuai dengan satu jenis permintaan atau kebutuhan tertentu dari konsumen.
  • Process costing untuk menyusun anggaran yang sesuai dengan jumlah pesanan konsumen dalam satu kali produksi.
  • Direct costing untuk merencanakan anggaran yang disesuaikan dengan perubahan biaya produksi, baik berupa peningkatan dan penurunan bahan baku di pasaran.

Memilih metode pencatatan biaya yang tepat untuk bisnis restoran sangat penting untuk melacak profitabilitas, mengontrol biaya, dan membuat keputusan yang tepat. Dalam manajemen akuntansi bisnis, job costing, process costing, dan direct costing bukan merupakan pilihan yang saling melengkapi, melainkan tiga metode berbeda untuk melacak dan mengalokasikan biaya produksi.

Job costing umumnya merupakan pilihan yang paling tepat untuk bisnis pangan karena beberapa alasan:

  • Produk custom: Restoran sering kali melayani pesanan custom dari pelanggan, seperti hidangan khusus atau modifikasi menu. Job costing memungkinkan pelacakan biaya individual untuk setiap pesanan, sehingga memberikan gambaran akurat tentang profitabilitas masing-masing item menu.
  • Variasi produk: Restoran menawarkan berbagai macam hidangan dengan bahan baku dan proses produksi yang berbeda. Job costing memungkinkan alokasi biaya yang akurat untuk setiap hidangan, membantu dalam penetapan harga dan analisis profitabilitas menu.
  • Perubahan resep: Resep hidangan dapat berubah seiring waktu, dan job costing memungkinkan penyesuaian biaya dengan mudah untuk mencerminkan perubahan ini.

Metode Pencatatan

Dalam memenuhi kaidah akuntansi, pencatatan keuangan harus memahami alur proses bagaimana uang keluar dan masuk dalam bisnis kita. Dalam bisnis pangan, pemasukan terdiri dari 1) penjualan, 2) modal, dan 3) utang usaha. Sementara pengeluaran terbagi dalam 1) biaya produksi, 2) biaya operasional, 3) bunga, 4) pembayaran utang.

Dalam mencatat transaksi, hal yang pertama perlu dilakukan adalah membuat daftar berisi nomor-nomor rekening atau akun. Rekening atau akun adalah penomoran yang diberikan pada transaksi berdasarkan kategori-kategori tertentu. Di dalam akuntansi, rekening diklasifikasikan sebagai berikut:

  • 1-xxx Aset lancar (satu tahun atau kurang) dan aset tetap (lebih dari satu tahun) - Debit
  • 2-xxx Utang lancar (jangka pendek) dan utang tidak lancar (jangka panjang) - Kredit
  • 3-xxx Modal atau ekuitas - Kredit
  • 4-xxx Pendapatan - Kredit
  • 5-xxx Biaya - Debit

Daftar rekening sendiri terdiri dari Nomor Rekening/Akun, Nama Akun, Tanda D/K, dan Saldo Awal (debit maupun kredit). Berikut contohnya:

Nomor-nomor akun ini kemudian menjadi patokan bagaimana pencatatannya ke dalam dokumen akuntansi. Seluruh proses pencatatan dilakukan dalam sebuah dokumen jurnal.

Setiap bisnis memiliki jurnal yang dikelompokkan berdasarkan pola arus keluar masuk uang yang jamak terjadi dalam proses usahanya. Berikut daftar jurnal yang harus ada di dalam bisnis pangan.

1. Jurnal Penjualan: Mencatat semua transaksi penjualan barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Informasi yang dicatat termasuk tanggal transaksi, nama pelanggan, nomor faktur, jenis barang/jasa yang dijual, kuantitas, harga satuan, dan total penjualan.

    2. Jurnal Pembelian: Mencatat semua transaksi pembelian barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan. Informasi yang dicatat termasuk tanggal transaksi, nama pemasok, nomor faktur, jenis barang/jasa yang dibeli, kuantitas, harga satuan, dan total pembelian. Jurnal ini digunakan untuk memperbarui akun Persediaan Barang dan Hutang Dagang.

      3. Jurnal Pengeluaran Kas: Mencatat semua transaksi pengeluaran kas yang dilakukan oleh perusahaan. Informasi yang dicatat termasuk tanggal transaksi, tujuan pengeluaran, nominal pengeluaran, dan akun yang dibebani. Jurnal ini digunakan untuk memperbarui akun Kas dan akun-akun beban terkait (misalnya, beban sewa, beban gaji, beban utilitas).

        4. Jurnal Penerimaan Kas: Mencatat semua transaksi penerimaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Informasi yang dicatat termasuk tanggal transaksi, sumber penerimaan, nominal penerimaan, dan akun yang dikredit. Jurnal ini digunakan untuk memperbarui akun Kas dan akun-akun terkait (misalnya, Piutang Dagang, Pendapatan Bunga).

          5. Jurnal Penyesuaian: Digunakan untuk mencatat penyesuaian akuntansi yang diperlukan pada akhir periode akuntansi. Penyesuaian ini bisa meliputi: Penyusutan aset tetap, Akrual pendapatan yang belum diterima, Beban yang masih harus dibayar, Pencadangan piutang tak tertagih, Digunakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara akurat.

            6. Jurnal Penutup: Digunakan untuk menutup akun-akun pendapatan dan beban pada akhir periode akuntansi. Saldo akhir dari akun-akun ini ditransfer ke akun modal (laba ditahan) atau akun laba rugi.

            Setiap transaksi ini nantinya terpakai dalam menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan bertujuan untuk mempermudah pengamatan kondisi bisnis dengan indikator tertentu. Berikut penjelasannya:

            1. Laporan Neraca: Memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu.
            2. Laporan Laba/Rugi: Menunjukkan arus kas masuk dan keluar perusahaan selama periode akuntansi.
            3. Laporan Arus Kas: Mengukur profitabilitas perusahaan selama periode akuntansi.
            Nama LaporanTujuanInformasiManfaatPenerapan
            Laporan Neraca
            Menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu (biasanya akhir periode akuntansi).Menunjukkan aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan
            • Memberikan gambaran tentang kekayaan bersih perusahaan (selisih aset dan liabilitas).
            • Menunjukkan sumber pendanaan perusahaan (ekuitas dan liabilitas).
            • Membantu menilai kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
            • Aset: Kas, piutang, persediaan, peralatan, properti.
            • Liabilitas: Utang bank, utang dagang, pajak penghasilan, gaji karyawan.
            • Ekuitas: Modal disetor, laba ditahan.
            Laporan Laba/RugiMenyajikan arus kas masuk dan keluar perusahaan selama periode akuntansi tertentu.Diklasifikasikan menjadi tiga kategori: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
            • Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasinya.
            • Menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan kasnya untuk investasi dan pendanaan.
            • Membantu menilai likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
            • Aktivitas operasi: Kas dari penjualan barang/jasa, kas dari pembayaran piutang, kas untuk pembayaran gaji dan biaya.
            • Aktivitas investasi: Kas dari pembelian aset tetap, kas dari penjualan aset tetap.
            • Aktivitas pendanaan: Kas dari penerbitan saham, kas dari pembayaran dividen, kas dari penerimaan pinjaman.
            Laporan Arus KasMenyajikan hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu.Menunjukkan pendapatan, beban, dan laba bersih perusahaan.
            • Mengukur profitabilitas perusahaan selama periode tertentu.
            • Mengidentifikasi sumber pendapatan dan beban utama perusahaan.
            • Membantu menilai kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan.
            • Pendapatan: Penjualan barang/jasa.
            • Beban: Biaya bahan baku, gaji karyawan, sewa, depresiasi.
            • Laba bersih: Selisih pendapatan dan beban.

            Dari tabel di atas, ketiga jenis laporan tampak dibedakan berdasarkan kebutuhan analisis keuangan. Ketiganya tetap mencatat secara riil bagaimana transaksi bekerja.

            Laporan Neraca

            Dalam usaha pangan, pencatatan neraca sangat penting untuk mengukur kesehatan finansial bisnis. Aset bisa mencakup bahan baku (seperti sayuran, daging, dan bahan makanan lainnya), peralatan dapur, dan properti seperti restoran atau gudang penyimpanan. Liabilitas mungkin termasuk utang kepada pemasok bahan baku dan pinjaman untuk ekspansi usaha. Ekuitas mencerminkan jumlah investasi pemilik serta laba yang ditahan untuk reinvestasi.

            Contoh penerapan di bidang usaha:

            Restoran X memiliki aset lancar berupa kas dan persediaan bahan makanan dengan total Rp100 juta, serta aset tetap berupa peralatan dapur dan properti dengan total Rp500 juta. Liabilitasnya, termasuk utang kepada pemasok dan pinjaman bank, adalah Rp200 juta, sementara ekuitasnya adalah Rp400 juta.

            Laporan Laba Rugi

            Laporan laba rugi sangat krusial untuk mengetahui apakah bisnis pangan tersebut menghasilkan keuntungan. Pendapatan bisa datang dari penjualan makanan dan minuman, sementara biaya termasuk biaya bahan baku, gaji karyawan, dan biaya operasional lainnya.

            Contoh penerapan di bidang usaha:

            Restoran X mencatat pendapatan sebesar Rp300 juta dari penjualan. Biaya termasuk pembelian bahan baku Rp150 juta, gaji karyawan Rp50 juta, dan biaya operasional lain Rp30 juta, sehingga total biaya adalah Rp230 juta. Dengan demikian, laba bersih Restoran X untuk periode tersebut adalah Rp70 juta.

            Laporan Arus Kas

            Laporan arus kas memberikan gambaran tentang bagaimana kas diperoleh dan digunakan dalam bisnis pangan, termasuk penerimaan dari penjualan dan pengeluaran untuk pembelian bahan baku atau investasi dalam aset tetap.

            Contoh penerapan di bidang usaha:

            • Aktivitas Operasi: Restoran X menerima Rp300 juta dari penjualan dan mengeluarkan Rp230 juta untuk operasional, menghasilkan arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp70 juta.
            • Aktivitas Investasi: Restoran X menginvestasikan Rp100 juta untuk renovasi, menunjukkan arus kas keluar untuk aktivitas investasi.
            • Aktivitas Pendanaan: Restoran X mendapat pinjaman baru Rp50 juta dan membayar dividen Rp20 juta, menyisakan arus kas bersih dari aktivitas pendanaan sebesar Rp30 juta.

            Dengan memahami dan menerapkan pencatatan keuangan yang tepat, pemilik bisnis pangan dapat membuat keputusan yang lebih informasi tentang pengelolaan keuangan mereka, menjamin kelangsungan dan pertumbuhan usaha.